Glosari (Daftar Istilah)
Warna dasar
(primary colors), warna primer- warna
dasar seperti merah, kuning, dan
biru yang dari warna ini dapat dicampur untuk menghasilkan semua warna lain
pada lingkaran warna.
Warna gelap,dark colour;;warna tua
Warna karib,analogous colour,
Warna pekat,deep colour;
Warna Bayangan
(shade), warna shade atau bayangan
adalah warna yang memiliki nilai/nada
gelap dari suatu warna yang dibuat dengan menambahkan sejumlah warna hitam.
Kebalikan dari warna tint.Yaitu “Warna Terang “, yaitu warna yang diperoleh
dengan menambahkan warna putih.
Warna sekunder-
warna ke-dua yang diperoleh dengan
pencampuran dari dua warna dasar yang sama bagiannya, misalnya warna
primer: merah + kuning = oranye; merah+ biru= violet; biru+ kuning=hijau.
Warna terang
(tint)- yaitu suatu warna dibuat dg.
mencampur warna itu dengan putih.
Indeks Pelaku Seni Indonesia (Indonesian Art & Artist)
WAHDI SAMANTA, Lahir di Bandung, Oktober 1917. Pelukis Masa pertama , generasi sesudah Raden Saleh. Kelahiran Bandung 13 Oktober 1917. Berdomisili di Bandung. Banyak mengadakan pameran di kota‑kota besar. Berlangsung dalam empat puluhan tahun pertama abad ini. Pendidikan H.I.S, 1934. Kursus kepada pelukis Basuki Abdullah .GAYA SENI : Tumbuhnya seni lukis pemandangan alam, Perhatian objek alam lain seperti manusia, tetapi pemandangan alam mempunyai kedudukan utama dalam seni lukis.
Sejak di bangku
kelas tiga HIS, telah gemar menggambar. Tamat HIS tahun 1935, mendapat
bimbingan dari pelukis Abdullah Suriosubroto, ayah pelukis Basuki Abdullah
selama beberapa bulan karena dorongan Dr. Kadmirah yang melihat bakat yang
dimilikinya. Kemudian ia mengembangkan bakat itu dengan berlatih bersama-sama
dengan pelukis Affandi yang ketika tinggal di Gang Wangsareja, Bandung. Selain
Affandi pelukis lain yang sering melukis bersama pada waktu itu ialah Barli
Sasmitawinata, Sudarso dan Hendra Gunawan. Tahun 1964, ketika Bandung diduduki
Belanda, Wahdi mengungsi ke Sumedang, kembali tahun 1951. Selama dalam
pengungsian ia tidak melukis sama sekali. Setiba di Bandung ia menggabungkan
diri dengan Himpunan Pelukis Bandung St. Lucas Gilde yang dipimpin oleh dokter
berkebangsaan Austria. Anggota lainnya yang pribumi ialah Barli, Kerton Sujana,
Rudiyat, dan Suwaryono (Soewarjono). Perkumpulan itu secara tetap setiap tah un
menyelenggarakan pameran, paling tidak dua kali, biasanya di Gedung YPK. Karena
kesulitan hidup sebagai pelukis, Wahdi sempat melamar menjadi guru Sekolah
Rakyat dan diterima, tetapi hanya bertahan selama dua tahun. Ia kemudian
membuka toko mebel ‘Sri Tunggal’ di Cicadas. Perusahaan itu berkembang dengan
baik, sehingga ia mampu membeli sebidang tanah di Kiaracondong yang kemudian
dijadikan ‘Sanggar Sangkuriang’.
Tahun 1975 ia bersama Affandi, Barli, dan Sudarso mengadakan
pameran bersama di TIM dengan sponsor DIU. Tahun 1976 ia mengadakan pameran
tunggal atas sponsor Ajip Rosidi di Balai Budaya Jakarta. Tahun 1977 mengadakan
pameran tunggal di TIM atas Sponsor DKJ. Tahun 1975 setelah selesai mengadakan
pameran bersama, ia meresmikan ‘Sanggar Sangkurian’. Tahun 1979, atas usaha
Ramadhan K.H., Wahdi sempat melawat ke Eropa, yang dijadikan kesempatan olehnya
untuk melihat-lihat lukisan klasik dalam museum-museum.
WAKIDI, (Alm). (lahir 1889‑1981) Pelukis Masa pertama , generasi sesudah Raden Saleh. Berlangsung dalam empat puluhan tahun pertama abad ini.Ia merupakan satu diantara tiga tokoh "Hindia Molek", dia memilih alam Sumatera barat sebagai sumber utamanya. Dia banyak mengajar melukis dari tiga generasi atau enampuluh tahunan. Menjadi guru sejak zaman Belanda sekitar tahun 20‑an di Bukittinggi. Mengajar pada INS, di Kayu Tanam yang terkenal dengan kepribadian seperti Taman Siswa di Jawa dan Santiniketan di India, disamping juga sebagai pengajar di Sekolah‑sekolah menengah umum di Bukittinggi. Pendiri INS adalah Mohammad Syafei, tokoh pendidik yang juga gemar menggambar. Wakidi juga memberi pelajaran di rumahnya lebih dari setengah abad lamanya, sehingga jumlah muridnya sukar diperkirakan. Gaya Lukisan: Naturalisme. Umumnya pelukis "Hindia Molek" perhatian utama adalah objek alam , pemandangan walaupun juga objek lain sebagai bagian dari alam seperti manusia, tetapi pemandangan alam mempunyai kedudukan utama dalam seni lukis "Hindia Molek". Umumnya lukisan Wakidi adalah lukisan gunung‑gunung, lembah ngarai dalam format besar. Diantaranya adalah danau‑danau dan objek‑objek pemandangan alam yang terkenal di Sumatera Barat yang berkali‑kali dilukisnya. Lukisan pemandangan alam Wakidi tekniknya agak berbeda dengan teknik yang dipergunakan oleh Abdullah yang menyapukan kuas secara spontan dan bahkan juga mencampur warna di kanvas. Wakidi melukis dengan cara mencampurkan cat sedikit‑demi sedikit di palet. Sehingga menghasilkan gradasi warna yang lembut. Peralihan dari satu warna kelain warna sangat mengesankan pada lukisan alam Wakidi .Luasnya pemandangan alam yang membentang, kekayaan bentuk serta warna alam mengasikkan mata kita. Kalau kita mengikuti deretan garis‑garis pinggiran bukit yang sangat curam, membawa perasaan seolah‑olah kita ikut terjun ke tanah dataran lembah yang jauh letaknya di bawah. Semuanya diikuti dengan jiwa yang tenang, mengaguminya dengan dengan rasa haru yang dalam yang terpatri dalam lukisannya. Danau Singkarak dan pemandangan lainnya yang indah di Sumatera Barat. Karya‑karya Wakidi, Abdullah Sr, Pirngadi umumnya selain bernilai tentram, tenang, bersih dan enak dilihat, namun menyimpan kelemahan yang sama. Ini disebabkan oleh sikap yang belum berhasrat untuk mepelajari alam secara lebih mendalam, ketelitiannya baru dari cara melihat alam dari jauh semata‑mata. Kekurangan lukisan mereka akan segera terlihat jika menggambarkan detail , misalnya gambar pohon dari dekat. Yang umumnya mereka lukiskan hanya sebagai pelengkap saja (latar muka), dari komposisi lukisan, mereka melukiskan pohon bukan karena daya tarik pohon itu sendiri, yang memiliki cabang dan ranting yang sebenarnya memiliki keindahan tersendiri. Untuk menyatakan bentuk lukisan realistis‑naturalistis secara detail sebenarnya dibutuhkan keahlian mengamati secara cermat, dan hal tersebut tidak bisa dilakukan pertama karena digambarkan di studio, yang kedua belum ada lat bantu lain seperti kamera untuk membantu penggambaran objek. Meniru alam dan mengungkapkan keindahannya memang memerlukan pengamatan yang cermat, dan kekurangan seperti ini memang terdapat pada gaya "Hindia Molek". Dalam seni lukis Wakidi, objek alam kadang‑kadang telah direkayasa di dalam studio, sebab ada objek‑objek benda moderen seperti jalan raya , rumah, tiang telpon dihilangkan dari lukisannya, diganti dengan objek yang menunjang komposisi lukisan secara keseluruhan.
WARDOYO, (1936‑ ), Pelukis potret dengan bahan pastel, Dosen Jurusan Seni Lukis STSRI‑ASRI Yogyakarta. Bergaya Realisme., Umumnya yang dilukis adalah gadis. Banyak mengadakan pameran baik di dalam dan luar negeri.
WIDAGDO, RITA, pematung. Kelahiran Rottweil, Jerman Barat. Pendidikan Meister schuler di Staartliche Academie der Bildenden Kunste di Stuttgart. Mengajar di jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri .
WIDAYAT,( 1923‑ ) Pelukis, keramikus, dan grafikus, lahir di Kutoarjo. 1939 mulai melukis, Pelukis bergaya dekoratif pertama Indonesia masa 1940‑50‑an mendirikan perkumpulan pelukis "Pelukis Indonesia Muda" ( PIM) Di Yogyakarta tahun1952. 1953. Belajar di ASRI 1950.Menerima hadiah seni lukis indonesia baru 1952 dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BKMN). 1955, Dosen STSRI‑ASRI, ketua jurusan Seni Dekorasi;1960,.mempejajari seni keramik di Jepang; sampai dengan tahun 1974 banyak mengadakan pameran‑pameran dalam dan luar negeri.
WISAKSONO,(1938‑ ) lahir di Tegal, lulus Seni Rupa Institut Teknologi Bandung.1964, mengajar pada Akademi Seni LPKJ dan Departemen Seni Rupa Universitas Trisakti, Jakarta. Banyak mengadakan pameran dalam dan luar negeri.
WIYOSO YUDOSAPUTRO, Drs. (1928‑2008) Pengajar dan Pematung, Penulis Sejarah Seni Rupa.Lahir tahun 1928. 1956 lulus Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Pernah jadi ketua Jurusan Seni Rupa IKIP Bandung. Mengajar pada Akademi Seni Rupa LPKJ dan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Menjabat Ketua Akademi Seni Rupa LPKJ tahun 1977.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar