Label

Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Jumat, 30 September 2011

D

Glosari (Daftar Istilah)
Dayacipta,creativity;;kebinekasan
Design(v) meripta;mendesain.2.merancang ;mendesain
Design,anggit
Desain (design)- adalah pengorganisasian, ancangan/rencana atau pengaturan karya seni. Berbeda dengan komposisi yang semata tertuju kepada pengaturan objek-objek seperti bentuk, warna dan tekstur dsb, desain adalah ancang-ancang (rencana) untuk pengaturan objek itu 
Dua-dimensi- Datar. Hanya memiliki dua kualitas misalnya panjangnya dan lebarnya, seperti pada suatu gambar atau lukisan.
Designer.2. peripta; pendesain; penggubah; pengganggit.2. perancang; pendesain
Detail (n)1. rinci.2. penggalan; cuplikan; nukilan
Detail(v) merinci
Detailed; terinci
Diagram; diagram
Dimension; matra; dimensi
Display(n)1. pajangan.2. pemajangan
Display(v) memajang
Distribution, pembagian
Draftsman;penggambar

Indeks Pelaku Seni Indonesia (Indonesian Art & Artist)

D.SURYA BUANA, Pelukis, Lahir  di Kaba‑Kaba, Bali pada 7 Maret 1954. Pendidikan STSRI‑ASRI Yogyakarta. Banyak mengadakan pameran. Di Yogyakarta, Surabaya. Gaya Seninya: Melukiskan totalitas dan kesementaraan sebagai ujud dari alamnya yang tak nampak, untuk membangun saling pengertian sesama.
DADAISME, Faham seni di Eropah, Sekitar Februari 1916, saat berkecamuknya Perang Dunia I, berkumpullah beberapa penyair dan perupa di sebuah tempat yang bernama  Cabaret Voltaire, di Zurich. Mereka di antaranya : penyair dari Rumania, Tristan Tzara dan Marcel Janco. Sepasang penulis dari Jerman, Hugo Ball dan Richard Huelsenbeck, serta perupa Perancis, Hans Arp.Masih dalam nuansa perang yang melanda Paris maupun Munchen, kelompok kabaret Voltaire ini mendirikan sebuah kelompok internasional dan diberi nama Dada. Nama ini jika dilihat dari kamus Jerman‑Perancis yang kebetulan berarti bahasa anak‑anak untuk menyebutkan kedamaian . Dan ada pula yang mengartikan  Dada yang berasal dari bahasa Perancis itu sebagai mainan  anak‑anak berbentuk kuda‑kudaan. Dari dua pendapat tentang arti kata Dada itu, menunjukkan sikap nihil pencetusnya. Intisari dari sikap nihil itu sebenarnya ingin menolak semua hukum‑hukum seni dan keindahan yang ada dan yang sudah mapan. Sikap nihilistik itu juga sebagai bentuk pengejawantahan protes terhadap nilai‑nilai sosial yang makin menjadi kacau dengan berkecamuknya Perang Dunia I. Dasar perkumpulan orang Dada bukanlah suatu program. Melainkan visi tentang persamaan nasib melihat pranata sosial yang kian tidak menentu sejak terjadinya perang. Diantara para Dada sendiri, menurut catatan buku, tidak seorangpun yang mengerti arti kata Dada. Bahkan tidak terlacak pula siapa yang pertama kali melambungkan kata Dada tersebut menjadi sebuah mashab kesenian. Tapi yang jelas, suatu kata tanpa arti menjadi fenomena penjelasan bagi suatu gerakan internasional .Pengikut Dadaisme menampilkan karya yang cukup sinis. Pandangannya terhadap keindahan menurut kaum Dada yaitu menyangsikan adanya keindahan. Sebab keindahan dihasilkan oleh nalar. Sedangkan sesungguhnya, pada waktu itu, dunia ini tanpa pikir. Mengapa mereka melontarkan konsep semacam itu ? Jawabannya berupa bukti konkrit: timbulnya peperangan yang keji dan kekacauan menyebabkan hilangnya keindahan itu sendiri.
DAMAS, Pelukis,Kelahiran Garut Jabar tahun 1936. Pendidikan Akademi Seni Rupa Indonesia tahun 1958, Jurusan seni lukis. Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri sejak tahun 1960 antara lain di Yogyakarta, Jakarta, New york, New Delhi, Singapura dan Malaysia, Belanda Inggris, Portugal, Paris dan Italia. Pada tahun 1970 keluar negeri bersama Affandi untuk memperdalam seni lukis.
DANARTO, Pelukis ,  anggota  perkumpulan pelukis "Sanggar Bambu" di Yogyakarta th.1959.Gaya Seni : Pada tahun 1973 Danarto memamerkan sejumlah kanvas kosong berukuran besar dalam beberapa bentuk geometris, tanpa pigura. Dalam percobaan ini lukisan menjadi lingkungan si penanggap sendiri, membentuk ruang tempat ia berada dan bergerak. Lukisan tidak lagi berjudul sepotong dunia imajinasi yang terkucil didinding, dibatasi oleh pigura dan direnungi dari suatu jarak. Lukisan menjadi struktur lingkungan kongkrit itu sendiri, dimana penanggap mengamati dan bergerak. Seperti dikatakan Danarto, ia memaksudkan karyanya "sekaligus sebagai arsitektur, lukisan dan patung" percobaan Danarto dapat dipandang sebagai yang menjembantani rupa murni (tanpa asosiasi denga alam dan hidup, tanpa emosi) dengan anti‑lirisisme macam yang kedua.

DE STIJL, Gaya seni di Eropah : Belanda.  Secara umum diketahui bahwa De Stijl adalah salah satu sekolah seni rupa di Belanda yang secara terbuka di awal abad kedua puluh , memproklamirkan idea ruang sebagai media artistik. Nama ini populer pada tahun 1917, dimana  seniman‑seniman dari sekolah ini, seperti Piet Mondrian, Theo van Doesburg, dan arsitek Gerrit Rietveld membuat majalah dengan nama yang sama, "De Stijl" dan  selanjutnya dapat berkembang serta mewariskan kekayaan dalam kebijakan estetik  seni rupa yang baru. Tujuan De Sijl adalah untuk menciptakan estetika baru, antara lain dengan menggunakan bahasa visual dasar seperti bentuk‑bentuk geometrik, yang bermanfaat untuk mencapai nilai‑nilai universal dari  objek seni rupa. Gerakan ini muncul akibat dorongan untuk memantapkan diri  sebagai hasil dari suatu evolusi dalam seni.De Stijl memahami jiwa jamannya sebagai suatu reduksi (penurunan) yang progresif dari bentuk‑bentuk dan warna‑warna, serta sebagai penentu kreasi ruang . Pada salah satu tulisan pertama dalam majalah De Stijl, dikatakan bahwa manusia bergerak dari materi menuju ke pikiran dalam perspektif kosmis sebagai suatu keseluruhan. Karya‑karya De Stijl umumnya adalah mencari bentuk ‑bentuk yang disederhanakan sehingga tercapai unsur‑unsur dasar, seperti garis horizontal dan vertikal, terciptanya warna‑warna  dasar yang tidak ada hubungan asosiatif dengan warna alam. Mereka ingin menciptakan estetika yang bebas dari segala nilai, karena prinsipnya , kelompok ini kemudian juga disebut sebagai kelompok elementaris

DEBLOG, salah satu pelukis wayang di Bali namun dengan pengaruh baru seni lukis Ubud yang dibawa Rudolf Bonnet sekitar tahun 1935‑an membuat komposisi lukisannya lebih bebas atau berciri pembaruan.  Deblog mengadakan pembaruan yang lebih jelas dalam menggarap  lukisannya yaitu dengan tema ataupun tidak bertema
DEDE ERI SUPRIA, pelukis. Kelahiran Jakarta 29 Januari 1956. Pendidikan SSRI Yogyakarta 1977.Dia banyak mengadakan pameran di kota Jakarta dan Yogyakarta. Keunikan karyanya adalah karena dia bergaya super‑realis, dan banyak mengungkapkan kritik sosial  di Indonesia. Dia banyak mendapat penghargaan seni dari pemerintah.
DEKORATIF, Gaya seni lukis dekoratif  Indonesia : Salah satu kecendrungan Seni lukis Indonesia, ialah kecendrungan kepada gaya hias ( gaya dekoratif). Dalam lukisan jenis ini kita mengenali objek (daun , pohon), tetapi bentuknya digayakan, dipolakan. Ciri gaya ini ialah : garis atau watak kegaris‑garisan ( karena tiap bentuk dirumuskan dengan yang jelas) irama berulang (karena pengulangan atau penjajaran bentuk berpola) serta susunan yang tertip dan teratur. Dengan kecendrungan demikian Kartono Yudhokusumo melukis suatu sudut pemandangan "medan gerilya di Wonosari" (1947), "Pemandangan di Dieng" (1949) ataupun di Bandung. Pada lukisan Hendra sejak sekitar tahun 1950, nampak kecendrungan kepada penggayaan dan kesukaan akan ragam hias tradisi Indonesia. Kemudian muncul Batar Lubis pelukis yang sangat tertarik akan ragam hias dan mengagumi Kartono Yudokusumo. Ia melukis berbagai tamasya kehidupan rakyat dengan gaya ini.Boleh dikatakan dari Hendra dan Batara Lubis itulah kecendrungan kepada gaya hias ini meluas kepada beberapa pelukis lainnya di Yogyakarta seperti Widayat, Alibasyah dan Bagong Kussudihardjo. Dengan perkembangan ini gaya hias memperlihatkan jalan lain. Pelukis tidak menggayakan bentuk sesuatu objek yang dihadapinya sebagai model (seperti dikerjakan Kartono dan Batara Lubis), melainkan menyusun berbagai elemen rupa  (garis, warna dan lain‑lain) menjadi bentuk yang hanya mengingatkan kepada objek secara umum, misalnya manusia secara umum dan bukan potret seseorang tertentu. Ini terlihat pada lukisan‑lukisan  Abas Alibasyah, Widayat dan Suparto. Kita dapat mengatakan bahwa dalam perkembangan ini terjadi peralihan dari penggambaran (yang menunjukkan kepada objek individuil tertentu) kepada perlambangan ( yang menunjuk kepada konsep umum). Dengan demikian kutub objektif yang kita sebutkan di muka, yakni dunia luar yang nampak, dunia kesan atau tanggapan penglihatan yang diterima dari objek disekitar pelukis, semakin dijauhi. Di sini terkandung kecendrungan kepada abstraksi yang lebih besar.

DJAJENGASMORO, Pelukis ;muncul masa Jepang ,pendiri PTPI (Pusat Tenaga Pelukis Indonesia) dengan beberapa temannya membentuk Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI). Gaya seni : sebagaimana pelukis sezamannya dia umumnya membuat lukisan perjuangan, poster‑poster dan spanduk dengan keyakinan bahwa "cat, pensil dan kertas akan bersama‑sama peluru‑pelor dan kata‑kata diplomasi mengusir sisa‑sisa penjajahan" 

DULLAH, Pelukis yang muncul masa Jepang, dia salah seorang seniman yang pernah melatih dirinya pada  Keimin Bunka Shidoso pada zaman Jepang. Kemudian zaman revolusi (tahun 1945‑1949) pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan SIM (seniman Indonesia Muda). Kepindahan seniman‑seniman ini juga karena pindahnya Ibu Kota Republik Indonesia ke Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar