Label

Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Jumat, 30 September 2011

E

Glosari (Daftar Istilah)
Easel (standar lukisan) – adalah sebuah alat untuk meletakkan kanvas lukisan agar dapat tegak/berdiri frontal dan dapat di lukis.

Engraving- yaitu suatu proses menggores pelat logam untuk barang cetakan. Setelah selesai, pelat ini digunakan untuk menciptakan suatu cetakan.

Estetika (aesthetics)- adalah cabang filsafat yang memusatkan perhatiannya pada sifat alami dari nilai seni, sifat alami kecantikan, dia menyediakan suatu kriteria-kriteria tentang karya seni yang baik untuk dianalisa dan dievaluasi.

Edit(v)menyunting
Edition;terbitan
Editor;penyunting

Elastic; kenyal;penganjal;(me)lenting;elastis

Elegant;anggun


Element; unsur
Elevation; serenjang;tegak lurus
Elevator; renjong; perenjong
Ellips; jorong;elips
Embosed printing;cetak timbul
Ergonomics; ergonomi
Etching; etsa
Exotic; garib; (aneh; ganjil; luarbiasa)
Expression.1.ungkapan.2.pengungkapan

Indeks Pelaku Seni Indonesia (Indonesian Art & Artist)

EDHI SUNARSO, Pelukis, pematung. Kelahiran salatiga 1933, belajar melukis 1947‑1949 dalam kamp tawanan L.O.G. Di Bandung. Pada tahun  1950, Kemudian pada pelukis, pematung Hendra Gunawan. Pendidikan Akademi Seni Rupa Indonesia tahun 1950‑1955. Pada tahun 1955‑1957 di Visva Bharati Universiy Santiniketan India ( Rabindranat Tagore University), pada tahun 1958 Pembina/Ketua Jurusan Seni Rupa, Seni Patung FKSS IKIP Yogyakarta. 1961 angota team Pematung Keluarga Arca Yogyakarta. Karya‑karyanya banyak di kota‑kota besar seperti Jakarta, Yogya dan Surabaya.

EDITH RATNA SURYOSUYARSO, pematung. Kelahiran Medan, 9 Oktober 1946. Pendidikan Seni Rupa ITB.Bandung  Jurusan Patung. Mengajar di Seni Rupa LPKJ Jakarta. Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri . 
EFFENDI, Pelukis. Kelahiran Malang 1957, Pendidikan FSRD‑ISI Yogyakarta 1986. Dia banyak mendapat penghargaan seni atas karya‑karyanya. Gaya seni: dia adalah pelukis muda generasi 80‑an Indonesia, khususnya mashab Yogyakarta, dengan gaya surealime barunya. Hal ini terjadi akibat pertemuan antara dasar berfikir yang muskil, absurd dan mimpi seperti yang ada dalam dunia fikir Indonesia lama dengan surealisme Barat, melahirkan surealisme para pelukis muda di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
EKSPRESI, konsep seni lukis ekspresionisme di Indonesia .Ekpresionis dapat seni lukis yang berdasarkan kepada unsur subjektif seniman, yakni "dunia dalam" pelukis: wataknya, temperamennya, emosinya, imajinasinya, seluruh proses kejiwaan yang mengolah dan dengan demikian berubah‑ kesan dan tanggapan itu. Ekspresionis di Indonesia pertama dijelaskan oleh Sudjojono, dalil Sudjojono berbunyi : "lukisan ialah jiwa nampak". Semboyan ini menjadi umum dikalangan pelukis, maka dikatakanlah lukisan itu "eskpresi diri", "ekspresi emosi". Maka dalam lukisan nampak berbagai bentuk yang dapat kita kenali sebagai bentuk objek itu telah berubah karena leluasanya bekerja berbagai daya subjektifitas pelukis. Bahkan objek‑objek itu, atau berbagai bagian objek itu, dapat tersusun dalam hubungan yang berbeda atau bahkan menyalahi hubungan yang kita kenal dalam kenyataan.

EKSPRESIONISME , faham seni di Eropah. Konsep Ekpresionisme dianggap orang lahir di beberapa tempat  di Eropah, diantaranya adalah di Jerman ,yaitu  oleh dua kelompok seniman informal  yang bernama  "Die Brucke" (The Bridge) yang artinya 'jembatan' pada tahun 1905 dan lenyap pada tahun 1913, di kota Dresden Jerman, dan kelompok seniman lain "Die Blaue Reiter" pada tahun 1912   ) Kelompok Die Brucke ini dipimpin oleh Ernst Ludwig Kirchner (1880‑1938) Organisasi informal ini usianya tidak berlangsung lama, pada tahun 1907 mulai pecah dan akhirnya hilang pada tahun 1913, karena kelompok ini sebenarnya tidak didasarkan persamaan ide, melainkan karena hal‑hal yang bersifat praktis , seperti melukis bersama. Membeli alat‑alat dan menggunakannya, eksposisi dan membuat brosur dan sebagainya yang dilakukan bersama, sehingga setelah mereka mampu mengatasi kesukarannya masing‑masing, mereka  tidak merasakan penting lagi untuk berkumpul. Namun bekas‑bekas anggotanya terus melukis dan mengikuti arah jiwa ekpresionisme itu yang telah meluas keseluruh Jerman."Der Blaue Reiter", dibentuk tahun 1912 di Munchen. Bagi  "Die Brucke "objek lukisan memegang peranan penting, segala perombakan bentuk maupun warna memegang peranan penting dipergunakan untuk mengutarakan objek yang digambar. Tetapi bagi "Der Blau Reiter" objek kehilangan fungsinya. Secara perlahan lukisan menuju kepelukisan abstrak ( Non figuratif). Kelompok ini gaya lukisannya lebih segar, suka warna yang meriah, susunan garis yang berulang, melengkung dan lincah. Berbeda dengan "Die Brucke" yang serba suram , gelisah dan keras.Dari  kelompok Die Brucke , yang agak senior adalah Emil Nolde (1867‑1956), yang memiliki perasaan religius dalam karya‑karyanya. Lukisannya "Kehidupan Maria Aegyptiaca" dalam tiga episode, cukup ekspresif, karena Nolde menolak menolak kesan manis dari karyanya untuk mengungkapkan kesan religiusnya yang menggigit. Dua orang lagi yang ada hubungannya dengan Die Brucke ini adalah Max Pechstein (1881‑  ) dan Otto Mueller (1874‑1930).  Sedangkan Schidt Rottluf dan Kircher juga mematung. Ernest Barlach (1870‑1938) , seorang yang tersangkut dengan kelompok ini selain mematung juga membuat grafik. Sedangkan dari kelompok "Der Blau Reitter", tokohnya adalah Franz Marc (1880‑1916) dan Wassily Kandinsky (1866‑1944). Khusus Kandinsky adalah seorang kelahiran Rusia yang juga pernah mengikuti pameran di kelompok " Die Brucke", Dia adalah  seorang seniman yang sempat tercatat dalam sejarah sejak tahun 1910, dengan pamerannya yang non figuratif, sejalan dengan itu dia menuliskan konsep seni lukisnya "concerning the spiritual in art" ( kesadaran spirituil dalam seni), yang diterbitkan dua tahun kemudian. Seperti yang diuraikan Kandinsky menyimpulkan bahwa ada tiga sumber inspirasi : (1) impresi, ialah kesan langsung dari alam yang ada diluar diri seniman; (2) improvisasi, ialah ekspresi yang spontan dan yang tidak disadari dari sesuatu yang ada di dalam spiritual sifatnya; dan (3) komposisi, ialah ekspresi dari perasaan didalam yang terbentuk dengan lambat‑lambat dan secara sadar, sekalipun tetap menggunakan perasaan yang tidak rasionil. )Sesuai dengan konsepnya , karya‑karya Kandinsky juga ternyata memiliki  tiga macam bentuk (1) karya‑karya yang impresif (Karya‑karya Fauvisnya), Karya yang improvisatif (2) (Karya yang Abstrak Ekspresionistis,(3) dan karya yang bersifat komposisi (karya abstraknya  yang bersifat konstruktif). Dari karya‑karya improvisasinya itu, maka dia dianggap sebagai seorang perintis aliran "Abstrak‑Ekspresionisme"., Yang nantinya melahirkan diantaranya pelukis Amerika Jakson Pollock, dan dari karya yang bersifat komposisi melahirkan aliran konstruktifisme. Seniman‑seniman "Blaue Reiter" lainnya adalah : Alexei von Jawlensky (1864‑1941) kelahiran Rusia, Lyonel Feininger (1871‑1956) dan Paul Klee (1879‑1940). Ekpresionisme akhirnya  dapat didefinisikan sebagai kekebasan mendistorsikan bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun sensasi dari dalam. Tetapi biasanya sensasi dari dalam itu dihubungkan dengan penderitaan , jadi Ekspresionisme adalah suatu kecendrungan dalam seni yang awalnya lebih dirangsang oleh nilai subjektif ( Die Brucke dan Blaue Reichter) dan dan akhirnya oleh nilai‑nilai  (post‑ekpresionisme) . Dalam sebuah pribadi (seniman maksudnya) ditemukan akan kesadaran isolasi, dan  keterpisahan, serta adanya kesedian seniman untuk menemukan inspirasi dalam isolasi itu.  Umumnya Seni Ekpresionisme dipandang sebagai sarana untuk menginterpretasikan dunia dalam diri seniman  atau dunia emosi.


EMIRIA SUNASA, Anggota PERSAGI, Pelukis masa Kedua Seni Rupa Indonesia. Dia adalah seniman pelukis perintis dengan gaya yang murni, yang melukis tanpa pendasaran studi teknis . Emiria sebagai penggemar fanatik dari S.Sudjojono, menyebabkan cara melukisnya langsung tanpa dasar ketrampilan  teknis melukis objek. Dengan menyalurkan sepenuhnya ekspresi lewat bentuk‑bentuk yang disukainya. Gaya Emiria Sunasa, kadangkala juga disebut sebagai bergaya primitif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar