Label

Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Jumat, 30 September 2011

F

Glosari (Daftar Istilah)


Factory;kilang;pabrik
Faded; malis (pucat;kurang keras)

Feeling;perasaan
Fibre;serat

Figure;sosok
Finished layout;lihat comprehensive
Finishing;perampungan
Flat;papar;leper
Flexible;luwes;lentur;lemas
Flow chart;diagram alir
Flying butress;banir layang
Folder;selipat;folder
Foreground;latar depan
Forehorted;centet
Form;bentuk;ganta
Frame;bingkai
Function;tugas;peranan;faal;fungsi

Indeks Pelaku Seni Indonesia (Indonesian Art & Artist)


FADJAR SIDIK, Pelukis, Pengajar. Kelahiran Surabaya, 8 Februari 1930. Pelukis dengan kecendrungan seni lukis abstrak di  Yogyakarta pada tahun 1963 yang menghasilkan lukisan abstrak berupa susunan geometris. Akan tetapi lukisan abstraknya  yang lebih penting adalah yang dibuatnya sesudah 1968. Pada tahun 1960 Fadjar Sidik membuat sejumlah sketsa dan vignet, berupa susunan motif‑motif bulatan, segi tiga dan sebagainya, yang bagian‑bagiannya merupakan bentuk bagian‑bagian binatang, manusia dan tanam‑tanaman. Sesudah 1968 ia membuang fantasi makhluk ini. Ia kemudian menyusun bentuk‑bentuk sederhana berdasar bulatan, setengah bulatan dan bentuk bulan sabit, segi tiga, trapesium, jajaran genjang dan sebagainya. Berpuluh‑puluh bentuk seperti ini berjajar dan berserak pada bidang lukisan, dengan warna‑warna biru, merah , kuning yang terang dan rata.Fadjar membuat kadar ketidak‑teraturan yang cukup menonjol karena ia selalu membuat variasi dalam masing‑masing bentuk dasar itu sendiri dan variasi dalam posisi. Dengan cara itu ia menghindari keeksakan dan presisi, menghindari ketegasan geometri dan ketegasan matematis. Lukisannya memiliki kadar‑kadar perasaan akan alam (bentuk‑bentuk bulan, batu, kadar ketak teraturan) bahkan, akan alam hayati (bentuk dan irama daun‑daun). Dengan asosiasi demikian, lukisan Fadjar Sidik dapat mencapai lirisisme.
FANTASI ABSTRAK: Gaya seni lukis Indonesia pada masa sekitar 50‑60‑an. Ada pula pelukis, dimasa ini, yang menciptakan "fantasi abstrak". Pada bidang kanvas diciptakan "dunia" yang dihuni oleh objek‑objek dan figur yang bergerak‑gerak, namun tak dapat dikenali identitasnya. Suatu fantasi yang jauh dari dunia nyata yang kita kenal. Ini dapat di lihat pada lukisan O.H. Supomo. Kekebasan baru, yang kita sebutkan ini, juga berarti kebebasan untuk menjejarkan, atau mengumpulkan pada tingkat yang sama, imaji objek‑objek yang berasal dari tingkat kenyataan yang berbeda‑beda. Misalnya imaji dari dunia benda, dari dunia lambang dan tanda‑tanda. Ini tampak misalnya pada beberapa lukisan Srihadi, dan pada karya beberapa pelukis muda seperti Siti Adyati, lebih‑lebih pada Suatmadji, yang mengumpulkan imaji‑imaji yang bukan saja berasal dari tingkat kenyataan yang berbeda, melainkan juga yang bergaya berbeda‑beda. Dibebaskan dari ikatan dengan objek‑objek, pelukis menjelajahi berbagai segi dan berbagai pengalaman. Pelukis bahkan dapat mengembangkan kepekaan akan berbagai jenis bahkan dapat mengembangkan kepekaan akan berbagai jenis pengalaman, mengambil sudut pandang baru dan melihat bermacam "dunia pengalaman" itu sekaligus. Dengan demikian kita seolah‑olah diminta agar secara cepat meloncat dari dunia pengalaman ke dunia pengalaman yang lain, dari sebuah  gaya yang lain dalam suatu kesempatan pengalaman, yakni dalam suatu lukisan.

FANTASI, gaya seni Lukis fantasi Indonesia masa 1940‑an. Gaya ini muncul juga dengan kecendrungan kepada subjektifitas yang lebih besar. Terdapat lukisan yang memperlihatkan sifat fantasi. Sebutan "fantasi" disini kita gunakan untuk menyebut secara umum berbagai proses jiwa seperti khayal atau lamunan, mimpi, mithos dan sebagainya. Psikologi menunjukkan, bahwa berbagai proses ini ada hubungannya dengan kenyataan dan punya makna, tetapi apa yang muncul dalam proses tersebut tersusun menuruti logika yang berbeda dari logika kenyataan yang kita kenal dengan akal ketika kita bangun. Fantasi dapat memunculkan citra (imaji) yang menyenangkan, bisa juga mencekam, menakutkan. Tetapi semuanya itu muncul oleh tegangan jiwa, yang boleh jadi kurang, atau bahkan tidak disadari, dan yang mencari penyelesaiannya melalui proses irasional. Lukisan yang bersifat fantasi ialah lukisan yang memperlihatkan kepada kita logika fantasi, dan bukan logika kenyataan. Lukisan "Sayang Kita bukan Anjing" (1943) Sudjojono , yang memperlihatkan dua anjing yang berkepala manusia, bersifat fantasi. Demikian pula lukisan Harijadi "Biografi II di Malioboro (1947), yang menggambarkan orang dalam adegan yang yang tersusun tidak mengikuti hukum ruang dalam kenyataan, bahkan terdapat didalamnya orang‑orang melayang berputar‑putar. Dalam lukisan semacam ini, kita tetap bisa mengenali objek, namun bermacam objek ‑ atau berbagai bagiannya ‑ tersusun dalam hubungan yang menyimpang dari hubungan yang kita kenal dalam kenyataan. Susunan itu mengikuti pola logika fantasi. Sejumlah pelukis yang mempunyai kecendrungan kepada gaya fantasi itu misalnya Agus Djaja, Sudibio, G.A.Sukirno, Handrio ( Sebelum 1958) dan Sudiardjo).
FAUVISME, Faham seni di Eropah,  Hendri Matisse adalah seniman yang dianggap melahirkan Fauvisme, bersama‑sama dengan Andre Derain dan Maurise Vlaminck. Fauvis pada awalnya dianggap hanya memiliki periode yang cukup singkat. Fauvisme menurut Sarah Whithfield (1981) berkembang antara 1904 sampai dengan1907, tetapi aliran ini dianggap juga sempat mempengaruhi aliran‑aliran yang muncul pada periode berikutnya.  ) alam aliran ini seniman bukanlah merupakan kesatuan kelompok yang kuat dan formal. Aliran ini dipengaruhi oleh konsep Cezanne yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh kelompok ini bahwa tatanan warna harus mempunyai struktur yang kuat, yang dibangun oleh hubungan interaksi antara warna‑warna, Fauvisme mengembangkan lagi teori tersebut. Nama Fauvisme sebenarnya diberikan oleh seorang kritikus bernama Louis Vauxcelles yang terkejut melihat liarnya sekelompok seniman muda yang sedang berpameran di Salon d'Autome, tahun 1905. Kritikus tersebut menyebut gallery tersebut sebagai Cage des Faufes (sangkar binatang buas) sedangkan kata  les fauves artinya binatang jalang. Karya lukisan Fauvisme , walaupun masih bersifat representasional namun lebih bebas dalam penggunaan warnanya . Bagaimanapun juga saling pengaruh dari unsur‑unsur luar Paris sendiri seperti hasil seni gradis Jepang dan kesenian dari kawasan Arabia, Persia  dan bahkan dari Afrika serta Pasifik, tidak dapat diabaikan dalam pembentukan corak seni lukis Pasca Impresionisme sebagaimana yang kita lihat pada aliran Fauvisme ini.

FUTURISME;Faham Seni di Eropah. Kubusisme, Futurisme dan konstruktifisme adalah tiga gerakan seni penting diawal abad 20. Mereka berkembang di tiga tempat dalam waktu yang berbeda. Kubusisme lahir di Paris (1907‑1904), Futurisme di Milan (Italia) pada tahun 1909‑1915 dan konstruktifisme untuk pertama kali diperkenalkan di Moskow setelah revolusi pada tahun 1917. Meskipun demikian diantara ketiganya terdapat hubungan satu dengan lainnya. Misalnya, pelukis Futurisme mengunjungi studio‑studio seniman Kubusisme pada tahun 1991 dan apa yang mereka saksikan besar pengaruhnya terhadap gaya mereka . Futurisme diumumkan dalam manifesto yang diterbitkan di Le Figaro di Perancis pada tanggal 20 Pebruari 1909. Selama periode tersebut terdapat berbagai demo dan pameran pengikut Futuris baik di teater‑teater maupun di Galeri‑galeri diberbagai kota di Itali, Paris,London Berlin, Brussel, Amsterdam, Munich, Rotterdam, Moskow dan Petrograd. Pencetusnya adalah puisi karya Phillippo Tommasso Marinetti. Itu dianggap sebagai manifesto Futurisme yang pertama yang dikenal dengan sebelas prinsip yang menjunjung aksi  dan kekerasan serta melecehkan nilai tradisi dalam berbagai bentuk. Bagi para futuris, keindahan hanya terdapat pada pergulatan, memuja perang dan keinginan menghancurkan setiap Museum, perpustakaan‑perpustakaan, melawan moralisme, feminimisme dan semua sifatnya yang pengecut. Bagi mereka yang lalu adalah lalu, bagi mereka Museum adalah cuma kuburan. Mereka menyatakan bahwa kemegahan dunia hanya dapat diperkaya oleh suatu bentuk baru keindahan yang berupa pergerakan yang cepat seperti halnya mobil balap. Futurisme juga menolak mitologi dan mistik. Marinetti dan Futurismenya tidak hanya merendahkan nilai‑nilai tradisi , tetapi juga merendahkan rasionalitas dan menyerukan untuk memperhatikan hal‑hal yang tidak diketahui dalam arti kata bukan merupakan keputusasaan melainkan untuk mengukur sejauh manakah kedalaman nilai‑nilai absurd. Manifesto pertama kemudian diikuti oleh manifesto‑manifesto Futuris yang lain dalam seni lukis, seni patung, musik, fotografi, arsitektur, pakaian dan lainnya. Masalah bagaimana menjadi seorang Futuris dirasakan benar oleh para pelukis. Dan para pelukislah yang pertama‑tama dianggap Futuris. Tidak lama setelah manifesto Marinetti, beberapa pelukis Italia seperti Umberto Bocciani, Calla Carra dan Luigi Russolo, memperkenalkan diri kepada Marinetti Ditambah dengan Giocomo Balla, dan Gino Severini, mereka berlima menelurkan manifesto teknis lukisan Futurisme pada tanggal 11 April 1910. Menurut mereka "gerak" yang akan kami hasilkan dalam kanvas tidak lagi merupakan saat‑saat yang lazim dalam telaaah dinamisme universal. Tetapi merupakan sensasi dinamis itu sendiri. Dalam kata lain kaum Futuris pertama‑tama menyusun dan memperlihatkan aliran barunya kepada dunia sebagai upaya untuk memahami dunia tidak seperti apa adanya, melainkan dunia sebagai apa yang dialaminya. Atau dengan kata lain pula, aliran Futurisme mengartikan seni baru mereka sebagai upaya merasakan pengalaman‑ pengalaman yang sesung guhnya. Didalam merepresentasikan gerak, mereka dipengaruhi oleh pencahayaan‑ganda dari bentuk yang bergerak. Warna‑warna  mereka juga ternyata berpijak pada gaya pointitilisme atau Neo ‑Impresionisme yang dibentuk oleh kombinasi warna dasar yang pertama dikembangkan pada tahun 1880‑an oleh pelukis Perancis Geoges Seurat. Seniman tetap berpegang teguh kepada representasi gerak hanyalah Giacomo Balla, seorang senior sekaligus guru.Aliran ini, tercermin dari nama para pemrakarsanya, yang memang muncul dan dilakukan di Italia, yang mana menurut literatur sangat mengekploitasi unsur gerak, kecepatan, dinamika, energi serta kekerasan. Hal itu tercermin pada karya seni lukis yang berbentuk lapisan yang saling memotong, garis‑garis yang memberi illusi gerak, berganda dan "interprenetrasi" dari gambar‑gambar yang seluruhnya bergerak serta bergaris‑garis diagonal. Futurisme juga dikenal sebagai salah satu fenomena gerakan  seni rupa kontemporer yang mempunyai kekhasan tersendiri di dalam penggunaan warna. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar