Label

Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Jumat, 30 September 2011

H

Glosari (Daftar Istilah)


Harmonious; selaras;serasi
Harmony;keselarasan;keserasian

Hole;lubang;saung;korok;tebuk;liang

Indeks Pelaku Seni Indonesia (Indonesian Art & Artist)


HANDRIO,Pelukis. Kelahiran Purwakarta, 8 September 1926. Pendidikan Taman Guru, 1944. Dia adalah  generasi zaman kemerdekaan , angkatan Nasyah Djamin ,bergaya Fantasi sekitar tahun 1940‑50‑an, anggota perkumpulan " Pelukis Indonesia Muda"  Di Yogyakarta tahun 1952. Dia adalah pelukis, seniman dengan kecendrungan seni lukis abstrak di Yogyakarta. Pada 1963‑1964 membuat lukisan abstraksi dan demorfasi rupa alat‑alat musik. Pada 1965 ia meninggalkan alat‑alat musik itu, dan lukisannya menjadi susunan bidang dan bentuk geometris yang datar. Dalam perkembangannya kemudian, ia membuat ilusi ruang dalam susunan geometris ini. Hasilnya , seperti nampak pada karyanya di tahun  1968 ialah semacam konstruksi yang mirip konstruksi arsitektur. Ruang ‑ruang geometris yang dinamis dan kompleks, jalin berjalin tak tentu ujung pangkalnya, memberi nada emosional dan simbolis kepada lukisan Handrio. Dan memang Handrio memberi judul "labirin" pada karya‑karyanya (1968).

HANDRIYO,Pelukis. Lahir 8 September 1927. Mulai melukis sejak zaman Jepang sampai sekarang. Pada tahun 1941‑1944, belajar melukis pada Basuki dan S.Soejoyono, dan menjadi pegawai pada bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan Kementrian pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Menetap di Yogyakarta sebagai karyawan TVRI stasion Yogya. Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri.

HARDI. Pelukis, Kelahiran Blitar, 26 mei 1951.Pendidikannya, tahun 1970 masuk Aksera. Kemudian STSRI‑"ASRI" Yogyakarta, 1971, Academi Maastricht Nederland (1975‑1977). Dia termasuk anggota Seni Rupa Baru 1975. Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri.

HARIYADI, Pelukis yang muncul masa Jepang , anggota pembentuk perkumpulan Seniman Masyarakat pada tahun 1946 Di Yogyakarta Setahun kemudian (1947) mereka bergabung dengan Sudjojono  dalam SIM ( Seniman Indonesia Muda) ‑ yang dibentuk di Madiun pada tahun 1946, tetapi yang kemudian pindah ke Surakarta di tahun 1947 dan akhirnya ke Yogyakarta 1948.

HARJIMAN, Pelukis.Kelahiran Yogyakarta 21 Februari 1954. Pendidikan STSRI‑"ASRI" Yogyakarta 1976‑1984.Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri. Dia banyak mendapat penghargaan seni dari pemerintah.

HARSONO, tokoh Seni Rupa Baru 1975, Pelukis eksperimental Indonesia periode 1970‑1973‑an, melukis melalui meneliti, menganalisa, mengukur dan menghitung, dalam rangka mencari dan menimbulkan gejala optis dalam struktur yang bersistem, , sebagai penolakan terhadap gaya sebelumnya yang "lirysisme", sehingga gaya seni mereke lebih rasional.
HARYADI SUADI, Grafikus, pelukis. Kelahiran Cirebon, 20 Mei 1939. Pendidikan Seni Rupa ITB.Bandung  1969. Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri. Dia banyak mendapat penghargaan seni dari pemerintah.
HATTA HAMBALI, Pelukis. Berkecimpung di Pasar Seni Ancol Jakarta. Dilahirkan di Sengkang, Sulawesi selatan, 18‑8‑1949. Sejak kecil suka menggambar, setamat SMA tahun 1968, di Ujung Pandang, melanjutkan di STSRI‑ASRI pada tahun 1969. Sejak itu aktif ikut pameran‑pameran mahasiswa di beberapa kota di Jawa antara lain Jakarta(TIM,Balai Budaya dan sebagainya) Menetap di Yogyakarta. Banyak mengadakan pameran baik dalam maupun luar negeri. Mendapat penghargaan seni dari pemerintah
HENDRA , pelukis, pematung . Anggota pembentuk perkumpulan Seniman Masyarakat pada tahun 1946 di Yogyakarta Setahun kemudian (1947) mereka bergabung dengan Sudjojono  dalam SIM (SIM dibentuk di Madiun pada tahun 1946, tetapi kemudian pindah ke Surakarta di tahun 1947 dan akhirnya ke Yogyakarta 1948) Terakhir Hendra mengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia  mulai  tahun 1950. GAYA SENI LUKIS: Hendra  dianggap sebagai salah seorang tokoh pada periode perkumpulan  sanggar (1945‑1950), dengan alasan bahwa karya seni lukisnya mewakili pelukis sejaman. Dia adalah pelukis "visioner‑imajinatif", karena tidak mengutamakan melukis secara langsung, walaupun hidup pada masa kesanggaran (1945‑49), dimana melukis langsung kelapangan sedang tumbuh dan sebagai syarat untuk pelaksanaan gaya realisme. Jadi berbeda dengan Sujojono dan Affandi sebagai tempatan belajarnya. Dalam melukis perhatian Hendra terbagi atas dua kutub, yang satu berkeinginan bebas dari pekerjaan lainnya dan semata mengindahkan  nalurinya sehingga dia bebas berekspresi dengan lukisan. Dilain pihak dia merasa terpanggil untuk memenuhi kewajibannya berjuang untuk revolusi dan kemerdekaan . Tema‑tema Hendra memperlihatkan kedua corak ini. Dari sikap pertamanya lahir lukisan‑lukisan dengan warna‑warna cerah, dekoratif, menyertai tema‑tema lukisannya yang menggambarkan kesegaran hidup seperti anak‑anak bermain layang‑layang, dolanan wayang, gadis menguliti petai, gadis sedang bekerja dengan keramik dan sebagainya  yang memperihatkan kehidupan sehari‑hari. Tema lainnya seperti wanita yang bantu‑membantu  dengan ceria mencari kutu, optimisme penjual ayam, orang sedang menikmati kerokan dan sebagainya memperlihatkan segi humoristik yang ditangkap dalam kehidupan sehari‑hari di jaman itu. Hendra trampil dalam  penonjolan proporsi orang yang ditampilkannya yang diperpanjang, namun kelihatan harmonis karena  dikomposisikan dengan alam sekitarnya. Salah satu lukisannya yang bernafaskan revolusi memperlihatkan keadaan di luar kota Bandung, lukisan ini memperlihatkan perpaduan  antara keinginan untuk memperlihatkan kehidupan sehari‑hari dengan suasana revolusi dipihak  lain. Hendra menggambarkan penyeberangan penduduk di kali menghadapi teror Belanda. Karya Hendra "pengantin Revolusi "(1957), adalah sebuah karya Hendra yang masterpiece. Ciri umum dari karya Hendra adalah bersifat illustratif terhadap peristiwa‑peristiwa  dan situasi di zaman revolusi, seperti perperangan, perkelahian dan sebagainya, sebagaimana halnya lukisan‑lukisan bergaya realisme

HIMPUNAN BUDAYA SURAKARTA Perkumpulan pelukis  sebelum tahun 1950 Di Surakarta; ( Murdowo).

HINDIA MOLEK (MOI INDIE), atau Indonesia molek adalah suatu gaya seni lukis masa pertama Indonesia terutama seni lukis pemandangan alam . Sebenarnya ada dua kelompok pertama kelompok pelukis Indonesia asli seperti Abdullah Surio Subroto, Mas.Pirngadi dan Wakidi, dan yang lain adalah pelukis asing seperti Dezentje, Adolfs, Locatelli, Jan Frangk, R.Bonet, Walter Spies,Theo Meiyer, Strasscher, Sayer, Dake, Le Mayeur dan lainnya. Hindia Molek diberikan kepada suatu tipe lukisan zaman awal abad ke dua puluh di Indonesia yang ingin menyajikan keindahan saja oleh pelukis‑pelukis "Indische schilders" atau Hindia Belanda. Pada masa ini dapat dikatakan bahwa ideologi seni lukis , sebagai cita‑cita bersama atau kelompok belum tertuang menjadi buah pikiran. Masing‑masing individu dan kelompok bekerja sendiri‑sendiri, dan belum terdapat kerjasama apalagi dengan tema Indonesia. )
HINDIA MOLEK, (Latar belakang) :Timbulnya gaya ini ditunjang oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang terpenting ialah adanya sejumlah pelukis Belanda, baik yang didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda , dengan tugas resmi (misalnya untuk melukis keadaan alam, kota dan lain‑lain di Indonesia) maupun yang datang karena semangat bertualang dan tertarik akan alam sekitar lautan teduh. Kemudian ada beberapa pelukis Belanda  yang besar dan dilahirkan di Indonesia . Para pelukis itu memperkenalkan kepada orang Indonesia seni lukis pemandangan alam yang di negeri Belanda telah berkembang sejak tiga‑empat abad yang lalu. Faktor lainnya ialah cita‑cita kelas menengah (borjuasi) Eropah. Di Eropah, seni lukis pemandangan alam berkembang bersama perkembangan kelas menengah itu. Kelas masyarakat ini yang intinya ialah kaum saudagar dan pengusaha, kurang menyukai lukisan yang menggambarkan adegan cerita dari  Injil dan kesusasteraan Klassik yang menjadi kegemaran kaum bangsawan. Mereka lebih menyukai lukisan yang menggambarkan hal‑ihwal yang biasa saja, misalnya pemandangan alam. Lebih‑lebih lagi pemandangan membawa mereka istirahat sejenak dari kesibukan dagang dan industri kota yang bising dan kotor. Para saudagar, pengusaha, pegawai Belanda, juga para wisatawan membawa cita‑cita  ini ke Indonesia . Lapisan teratas masyarakat  Indonesia , yakni golongan terpelajar yang banyak bergaul dengan orang Belanda , terpengaruh  cita‑rasa ini (Estetik golongan menengah).Dengan demikian pada awal abad duapuluh terbentuklah konsumen lukisan pemandangan alam di Indonesia , yaitu saudagar, pengusaha, pegawai Belanda dan para wisatawan‑ semua menginginkan kenang‑kenangan alam Indonesia  ‑ dan lapisan terpelajar Indonesia . Sudah tentu cita‑rasa konsumen ini meluas kelapisan bawah masyarakat. Faktor lain yang menyebabkan berkembangnya seni lukis pemandangan alam, tentu saja, ialah karena kebanyakan pelukis masa itu memang senang melukis pemandangan alam. Kesenangan itu‑ beserta hasil penjualan dan kekaguman masyarakat  melihat lukisan pemandangan yang nampak "seolah‑olah kenyataan" ‑ bagi pelukis merupakan imbalan  yang cukup bagi jerih payah mereka. Pelukis seperti Abdullah Surio Subroto, Mas.Pirngadi dan Wakidi meluangkan banyak waktu untuk menyingkir dari kehidupan ramai, pergi ke tempat yang sepi di lereng Tangkupan Perahu, di kaki Merapi, di Pantai Pelabuhan ratu atau Ngarai Sianok untuk merenungi pemandangan alam dan dengan tekun melukisnya. Agaknya dalam alam yang membentang sejauh mata memandang, dalam keaslian, keelokan dan ketentramannya, mereka menjumpai teman yang menyambut perasaan halus mereka, dan memberi pelipur dan keasyikan. Untuk semua itu, pelukis pemandangan alam kerap kali melukis pemandangan " tidak" sebagaimana adanya. Pada kanvas mereka membuat sejumlah perubahan, misalnya : "menghilangkan" jejak peradaban moderen (tiang listrik, bangunan pabrik), "memindahkan pohon, semak‑semak dan lain‑lain. Seakan‑akan dengan demikian mereka hendak "memperbaiki alam". Mereka memperhatikan betul kesan‑kesan warna, misalnya panas, dingin. Ini dihubungkan dengan penempatan lukisan agar dapat memberi "rasa segar".

1 komentar:

  1. Beberapa waktu yl, tante saya (ibu Tari) minta tolong pada saya utk mencarikan informasi ttg pak Handri(y)o yang dulu pernah aktif di Sanggar Bambu bersama tante saya. Beliau berdua aktif di Sanggar Bambu sebagai pemain musik (tante saya pemain cello).
    Bagi yang mengetahui informasi tsb kami mohon informasi dapat dikirim ke litasari2011@gmail.com.
    Terimakasih

    BalasHapus